SELAMAT DATANG DI EMBUNG KEMUGE

selamat datang di embung kemuge

Selasa, 19 Oktober 2010

Krisis Kimchi, Krisis Cabe, Krisis Makanan

Aneka Kimchi / photo by Junanto
Aneka Kimchi / photo by JunantoKorea Selatan sedang bergulat dengan meningkatnya harga kimchi akhir-akhir ini. Anda tahu kimchi kan? Kimchi adalah makanan tradisional Korea yang difermentasi. Umumnya terbuat dari kubis atau sayuran lainnya. Bagi masyarakat Korea Selatan, kimchi adalah makanan nasional. Tak ada sajian makanan yang hadir tanpa kimchi. Pagi, siang, malam, orang Korea selalu makan kimchi. Masyarakat Korea mengkonsumsi sekitar 1,45 juta ton kimchi dalam setahun. Oleh karenanya, kenaikan harga kimchi menjadi masalah serius bagi Korea Selatan.

Urusan makanan kini memang bukan lagi semata personal. Makanan malah bisa jadi perkara nasional, bahkan internasional. Untuk itu, pemerintah Korea Selatan berupaya keras untuk menjaga pasokan kubis, yang menjadi bahan pokok pembuatan kimchi. Pemerintah Korea mengimpor kubis secara besar-besaran dari Cina, mengurangi tariff impor, dan melakukan Operasi Pasar kubis sebesar 100 ton lebih guna mengatasi kenaikan harga kimchi. Pemerintah kota Seoul misalnya, menambah 300.000 butir kubis ke supermarket dengan harga 70 persen di bawah harga pasar.
Kalau anda sempat ke Seoul dalam beberapa bulan terakhir ini, tentu dapat melihat di pasar-pasar kota Seoul, ratusan orang berjejer mengantri untuk mendapatkan sebongkah kubis subsidi. Beberapa dari mereka bahkan berebut menyerobot antrian. Kejahatan juga meningkat akibat kelangkaan kubis di Korea. Beberapa orang ditangkap kepolisian karena kedapatan mencuri kubis, baik dari supermarket maupun dari petani-petani di daerah.

Inflasi Korea Selatan / sumber Bank of Korea
Secara agregat, kelangkaan kimchi telah meningkatkan tekanan inflasi nasional di Korea Selatan hingga mencapai titik tertinggi dalam 17 bulan terakhir. Inflasi September 2010 menyentuh target atas sasaran inflasi 3% di tahun 2010. Bank Sentral Korea telah menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 25 basis points menjadi 2,25% pada bulan Juli 2010 lalu sebagai antisipasi terjadinya kelangkaan pangan.
Inflasi Korea Selatan / sumber Bank of KoreaKimchi memang terkenal sebagai makanan yang sehat dan kaya dengan antioksidan. Meski banyak jenis sayuran yang dapat dibuat kimchi, kubis adalah yang terpopuler. Oleh karenanya, himbauan pemerintah untuk memakan kimchi jenis sayuran lain, atau menggunakan jenis kubis impor yang murah, nyaris tak digubris masyarakat. Persis saat pejabat kita menghimbau masyarakat agar mengurangi konsumsi cabai beberapa waktu lalu. Selain menyinggung perasaan warga, pernyataan itu menunjukkan keputusasaan pemerintah dalam mengendalikan harga-harga.

Penyebab utama kelangkaan kimchi ini adalah terjadinya perubahan iklim yang sangat drastis di dunia global. Udara dingin yang ekstrem di musim gugur, gelombang panas di musim panas, serta curah hujan yang berlebihan, telah menyebabkan kegagalan panen kubis di beberapa negara bagian. Panen kubis anjlok 40% di bulan September 2010. Harga sebutir kubis naik menjadi sekitar 10.000 Won atau sekitar Rp 72 ribu, meningkat dari sebelumnya hanya sekitar 1600 won atau sekitar Rp 14.000.
Kelangkaan makanan bukan hanya menjadi masalah di Korea Selatan, namun juga di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia sendiri, masalah pangan ini berulangkali menjadi problematika bagi masyarakat. Saat harga cabai melonjak drastis beberapa waktu lalu misalnya, masyarakat resah dan pemerintahpun pusing. Belum lagi soal harga beras, minyak goreng, dan sayur-sayuran. Tak heran bila dalam perhitungan inflasi nasional, harga pangan memiliki kontribusi yang besar, atau sekitar 20 persen dari keranjang IHK. Meningkatnya harga pangan dipastikan akan merepotkan kehidupan masyarakat.

APEC Farm Ministerial Meeting
Krisis kimchi di Korea Selatan, krisis bawang putih di Cina, krisis cabe di Indonesia, adalah beberapa contoh bahwa permasalahan pangan perlu dibenahi secara serius. Ketersediaan pangan ke depan, di tengah perubahan iklim global yang tak menentu, harus dipikirkan sejak sekarang.

APEC Farm Ministerial MeetingOleh karenanya, cukuplah beralasan apabila beberapa menteri pertanian negara APEC mengadakan pertemuan dua hari lalu (17/10) di Niigata, Jepang, untuk membahas masalah pengamanan pangan ke depan. Pertemuan ini adalah kali pertamanya diadakan oleh Menteri Pertanian negara-negara APEC. Kesepakatan pertemuan yang dinamakan Niigata Declaration menyadari bahwa masalah kelangkaan pangan di tengah perubahan iklim adalah sebuah masalah serius ke depan. Para menteri negara APEC menyepakati perlunya meningkatkan kapasitas suplai pangan ke depan, bekerjasama dalam mengendalikan perubahan iklim, melakukan investasi di bidang pertanian secara bertanggungjawab, dan bekerjasama dalam perdagangan hasil pertanian internasional.

Kesepakatan tersebut menunjukkan bahwa masalah kelangkaan pangan sudah bukan lagi masalah nasional. Secara paralel, kesadaran kita di tingkat lokal tetap diperlukan. Kita dituntut untuk dapat terus melakukan pengelolaan kebijakan ketahanan pangan, melakukan inovasi peningkatan produktivitas, dan perbaikan sistem produksi serta distribusi pangan.

Penanganan masalah pangan dengan melakukan operasi pasar, ataupun impor kebutuhan pangan, adalah kebijakan sementara (jangka pendek) untuk menangani masalah kenaikan harga. Namun akar permasalahan sebenarnya dari kelangkaan pangan perlu dicermati secara serius. Jangan sampai penyelesaian jangka pendek digunakan untuk menyelesaikan masalah jangka panjang. Kalau begitu, krisis pangan akan terus berulang. Semoga kita semua masih bisa menjaga ketahanan pangan negeri ini ke depan.
Salam

Tags: Junanto Herdiawan, APEC Farm Ministerial Meeting, Krisis Kimchi, Krisis Pangan, Krisis Cabe, Krisis Bawang Putih, Inflasi Korea, Inflasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar