SELAMAT DATANG DI EMBUNG KEMUGE

selamat datang di embung kemuge

Kamis, 30 September 2010

Generasi Muda Dogiyai Saatnya Pimpin Negerinya Sendiri


Print E-mail
Oleh Stefanya Agapa, SE. (Sekretaris PKB Kabupaten Dogiyai)
Perkembangan pembangunan Kabupaten Dogiyai sudah sejak awal kita ikuti bersama-sama dan ada sejumlah hal yang sudah dipelajari oleh masyarakat baik terhadap “kelakuan”  para pejabat daerah dan juga tokoh-tokoh intelektual.
Pertama mesti ditekankan bahwa, fondasi sebuah kabupaten itu sendiri didirikan diatas sebuah batu yang labil. Contohnya, sejak awal kehadiran kabupaten itu sendiri diwarnai pro kontra yang berkepanjangan. Tidak seperti sejumlah kabupaten lain di tanah Papua. Makanya hingga sekarang lokasi ibu kota Kabupaten Dogiyai itu saja menjadi polemik yang berkepanjangan dan jelas-jelas bertentangan dengan UU pembentukan Kabupaten Dogiyai.
Kedua; contoh lain adalah seperti pada acara syukuran untuk pelantikan pejabat eselon 2 dan 3, makanan didrop dari Nabire dengan carter pesawat. Padahal di Moanemani – ada sejumlah ibu-ibu seperti ibu Lokobal, ibu Eria, ibu Malondong, ibu Distrik, ibu Albertina dan ibu-ibu lain yang sudah siap dengan hidangan lesat.  Babi piaraan masyarakat juga berkeliaraan bebas dan siap disembeli. Sayur mayor, nota dan lain sebagainya membusuk di pasar sementara dana untuk konsumsi lari ke warung JDF yang terletak di jalan Merdeka Nabire.
Ketiga,  terlihat juga bahwa di Dogiyai tidak muncul seorang Bapak yang siap mengayomi masyarakat Lembah Kamu dan Lereng Mapia. Contohnya terlihat dalam penerimaan CPNS, pencari kerja asal Lembah Kamuu diterima lebih banyak dari pada pencaker asal Mapia. Bahkan ada pejabat daerah yang tidak menerima putra-putri Dogiyai, tetapi malah menerima pencaker asal luar Papua. Inikan kebijakan-kebijkan yang sungguh amat memalukan dan mengiris hati.
Keempat bahwa, ketika karateker Drs. J Takerubun pimpin Dogiyai selama dua tahun, dirinya sering menjadi bingun karena sejumlah disposisinya tidak berlaku di tingkat bawahan. Dirinya bahkan bertanya, “siapa yang menjadi bupati di Dogiyai? Kok ada yang lebih tinggi dari saya”. Menurut sejumlah sumber, kebiasaan itu bukan hal baru. Semenjak dari Nabire, disposisi sekda Kayame dan Youw tidak berlaku ditingkat tersebut. Karena itu secara terang-terangan Drs. Paul Bobi dalam opininya di Papuapos Nabire.com menyebut “Elite Birokrat Virus Pilkada Dogiyai”.
Kelima, menurut hasil resume scholars review atau kajian intelektual terhadap hadirnya Kabupaten  Dogiyai  yang antara lain disebutkan dalam buku Kontroversi Dogiyai karya Jack O Dumupa dan buku “Sejarah Berdirinya Kabupaten Dogiyai” (baca juga kajian Unipa Manokwari 2008), bahwa Kabupaten Dogiyai dibentuk dalam rangka “mengamankan” sejumlah koruptor yang sudah sejak lama habiskan dana-dana pembangunan di kabupaten induk Nabire dan “melarikan diri” atau memang dipersiapkan sejak jauh hari dan sekarang kembali mencalonkan diri menjadi bupati di Dogiyai. Strategi politik  busuk ini tidak dipahami oleh kebanyakan orang di Dogiyai.  Terkait dengan hal ini maka di Jawa – Sulawesi dan Bali beberapa waktu lalu beredar SMS gelap yang bunyinya: “Asosiasi Mahasiswa Dogiyai Se-Indonesia tidak mendukung calon bupati Dogiyai dari unsur birokrat yang tukang korupsi spt: Natalis Degey, Thomas Tigi, Anton Iyowau dan Ausi You”, yang diedarkan oleh oknum yang bernama Nathan Keiya. Nama ini jugalah yang sering muncul di Face Book dengan mengatasnamakan Putra Dogiyai dan mengkritik habis-habisan sejumlah intelek muda seperti Nelles Dogomo sebagai tokoh yang bermain dibalik Yermias Pakage dan Engelbertus Degei  yang  memiliki polling tertinggi calon kandidat terkuat bupati Dogiyai.
Melihat dilemma seperti ini maka muncul sejumlah pertanyaan yang perlu ditujukan kepada generasi muda. Mengapa generasi muda tidak bisa selamatkan kampung halamannya sendiri? Apakah generasi muda belum siap ambil alih tongkat kepemimpinan dan hancurkan sikap egois dan gengsi yang bertebaran subur di lembah hijau? Jika memang orang Dogiyai sendiri tidak mampu, apakah pemimpin Dogiyai harus diserahkan kepada orang luar Dogiyai dan orang Dogiyai diinjak kedua kalinya di negerinya sendiri?
Oleh sebab itu, saya selaku Sekretaris Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Dogiyai mengajak kepada seluruh masyarakat Dogiyai dimana saja berada untuk mendukung siapapun generasi muda yang akan mencalonkan diri menjadi Bupati Dogiyai. Orang-orang tua sudah tidak mampu menyelamatkan lembah Kamuu dan Lereng Mapia. Mereka hanya mampu bangun ego dan gengsi yang sudah merusak persatuan dan kesatuan orang Kamuu dan Mapia. Mereka hanya tahu menceritakan orang, menjelekkan nama baik generasi muda dari balik meja dan sudah tidak mampu turun ke kampong-kampung apalagi di lereng-lereng Mapia. Oleh karena itu, saya mengajak kepada siapapun yang membaca surat ini, untuk selamatkan masa depan Dogiyai dengan mendukung kandidat generasi muda.
Kepada kalangan Intelektual untuk menempatkan nalar (pertimbangan akal) sebagai kemampuan pertama yang diutamakan untuk melihat tujuan akhir upaya manusia dalam memahami kebenarannya dengan penalarannya. Kaum intelektual merupakan kompas bagi rakyat untuk membangun dan mengangkat kebenaran-kebenaran demi kemajuan rakyatnya dan daerahnya. Kaum intelektual tidak ditempatkan sebagai kelas tersendiri, tetapi berlaku bagi siapa saja yang melakukan perjuangan menegakkan kebenaran guna mewujudkan keadilan, kebebasan, dan kemajuan masyarakatNya.
Akhir kata kepada KPUD Dogiyai agar tidak tebang pilih pada proses verifikasi tetapi harus tegakkan aturan perundang-undangan yang berlaku di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU tersebut harus disosialisasikan kepada publik supaya publik mengetahui apakah 1 partai bisa mengantar  dua kandidat atau tidak. Sudah sejauh hari KPUD harus mengumumkan bahwa kandidat yang merasa partainya dualism untuk lebih baik mengundurkan diri saja, dari pada akan menimbulkan konflik horizontal antara kandidat dengan KPUD dan masyarakat dengan Kandidat. (Penulis ialah Sekretaris Partai PKB Kabupaten Dogiyai ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar